Malam
__uni potsdam
malam geletar di luar
dijamah kabut
ruai gemetar
bintang-bintang
bagai akasia rekah
salju membelai pelupuk
begitu pilu
remang menggantung pada kisi jendela
sudut-sudut kelu
pada lekuk rindu
kepalaku
menyelipkan lembar awan
menjadi hujan
menemui tajam
rayu bibirmu
2019
Pada Malam
pada malam, aku nelayan
memukat kenangan
berkilau di bawah bulan
langit yang padam
merapung koyak
khayal di tepian
kau berdiri
semacam mercusuar
sorot cahaya
keemasan
bukan. bukan.
mimpi begitu singkat
yakinlah, sayang
kau tak sendiri
walau selat menghampar
malam dan aku datang
merayap
ratap alangkah singkat
yakinlah, sayang
tak selamanya kita terjaga
pada bagian paling usang
2019
Perjamuan Melupakan
kutuang malam ke dalam cawan
dunia tak sepenuhnya lelap
mimpi-mimpi sebagai
sebagian kebahagiaan
dan aku kian dalam
tenggelam ke dalamnya
lampu-lampu pendar-padam
aku ingin
aku ingin
semua ialah sama
buaian awan pada bintang
sekadar bualan
adalah
bintang-bintang
kini enggan menyala
2019
Geligi
aku melihat
lambaian itu
juraian legam
perlahan larut
dan semilir angin
menyemirkan dingin
pada kesepian
2019
Yang Ditinggalkan Hujan
hujan menoktah keningku
sore, periuk menanak waktu
mendidih matang
sebagai lauk malam
hujan seperti air mata
yang kau tadah
dari gelas
ia simbur
membercakkan jejak semu
tak kutemui dirimu
pada kuyup terakhir
kau kenangan paling kerontang
dalam keluasan ingatanku
2019
Rindu
ialah lekap sepasang tangan
di atas pematang
ketika beton-beton terus ditanam
rumah-rumah berganti alamat
rute itu tak berubah
antar lubang tak berpindah jarak
bulir ilalang rekah di sana
2019
Kau
bisikmu menisik
“tuliskan puisi untukku”
di balik kekuningan lembar
puisi berbagi liang
buat kau tergeletak
di antara kelindan kemungkinan
2019

Agung Wicaksana lahir pada September 2000 di Surabaya, Jawa Timur. Buku puisi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini bertajuk Fanatorium (2017).