Mungkin Ada
& Mungkin Tak Ada
mungkin ada,
seseorang
duduk di bawah
pohon purba.
matanya menatap kota
yang jauh—
dan meski jauh,
tetap terasa panas,
bau, pengap, sesak
& membosankan.
matanya menatap
kerumunan manusia
yang jauh—
dan meski jauh,
tetap terasa berisik,
jahat, licik, ambisius,
penuh dendam
& sangat menyedihkan.
tapi mungkin juga
tak ada
siapa pun
di sana.
tak ada kota,
tak ada manusia.
angin ketiadaan
berembus dengan percuma.
2022
Perbincangan Tengah Malam
dengan caranya
yang aneh,
sunyi meledak.
serpihnya berserak,
& semesta dimulai.
kekosongan berserakan,
di serpih yang satu,
juga di serpih
yang lain.
apa tak ada
sedikit pun angin?
tanyamu
mencari celah
pada yang mungkin.
dari arah yang jauh,
s a n g a t j a u h ,
bertahun kemudian,
angin bergemuruh.
menyentuh serpihan itu,
menjadikannya basah,
&
kehidupan
dimulai.
cuma di bumi maksudmu?
kau tak memberi waktu.
tak memberi jeda,
untuk persoalan
selanjutnya.
apa tak ada kehidupan
di planet lain?
di bintang-bintang,
& sejumlah tempat
dari kesunyian?
mungkin ada. mungkin tak ada.
hidup selalu soal menduga-duga.
lalu makhluk hidup yang naif,
dengan keterbatasan
pikirannya,
memberi nama-nama;
ini pohon, ini gunung,
ini danau, ini bunga.
itu sungai, itu laut,
itu teluk, itu muara.
kau membuka jendela.
biar angin masuk, katamu.
tapi di luar tak ada apa-apa.
udara akhir-akhir ini,
jarang sejuk
meski dini hari.
lalu makhluk hidup yang naif,
dengan keterbatasan
pikirannya,
memberi ruang tumbuh
untuk kehancuran, kebisingan,
kegaduhan, kesemrawutan,
kerusuhan, polusi udara
dan lain sebagainya.
kau mengambil sebatang
rokok, dan membakarnya.
mari kita akhiri perbincangan ini.
istirahat.
lalu terjaga.
lalu bekerja.
orang miskin
seperti kita
tak punya banyak waktu
untuk membicarakan semesta.
2022
Cara Terbaik Membuka Mata
Setelah Kehilanganmu
aku ingin tahu cara terbaik membuka mata setelah kehilanganmu,
setelah waktu pelan-pelan jadi gerbong kereta,
membawamu ke arah yang tak ada aku di sana.
aku ingin tahu cara terbaik membuka mata setelah kehilanganmu,
setelah bertahun-tahun sebelumnya, aku terjaga
dalam keadaan jatuh cinta.
aku ingin tahu cara terbaik membuka mata setelah kehilanganmu,
setelah aku paham kau melambaikan tangan,
yang bukan untuk sapaan.
aku ingin tahu cara terbaik membuka mata setelah kehilanganmu.
cara yang sama sekali belum pernah kupelajari,
sebelum kau memilih pergi.
2021
Aku Bermimpi
aku bermimpi
menjadi bayi
yang menangis
karena paham
tangannya tidak
menggenggam
apa pun
kecuali
ketiadaan.
Desember Pada Sebuah Elegi Dini Hari
desember mengubah malam
menjadi bahasa yang
tak mudah dikatakan.
orang-orang tampak lebih
murung dan segalanya
yang mereka genggam
hanyalah kekosongan.
orang-orang merencanakan
sesuatu untuk hari depan
yang mereka sudah tahu
itu adalah kegagalan,
atau sekumpulan kemustahilan.
malam jadi tambah kosong,
langit padam & hujan
jatuh sebagai gesekan biola
pada lagu-lagu melankolia.
Mata didera insomnia & Pikiran lelah
bertarung dengan angan-angan
tentang hari dan nasib baik
di tahun yang akan datang.
desember mengubah malam
menjadi luka yang
tak mudah disembuhkan,
menjadi tubuh yang rentan
jatuh dan dikecewakan.
Jogja, 2021
Menepi
selalu ada hari
di mana seharusnya
kau menepi
dan menyembuhkan
luka-lukamu sendiri.
orang-orang mungkin
bisa memberikan pelukan,
tapi tidak untuk ketenangan
jangka panjang.

Daruz Armedian, lahir di Tuban. Sekarang tinggal di Jogja. Tahun 2016 dan 2017 memenangi lomba penulisan cerpen se-DIY yang diadakan Balai Bahasa Yogyakarta. Tulisannya tersiar di pelbagai media cetak dan daring.