Puisi

Puisi Ian Hasan

October 11, 2022

Mata Biru Gadis Penjaja Tisu

berburu waktu subuh

dikerumuni anak-anak waktu

bocah-bocah penjaja tisu

“belilah tisuku, Tuan!”

mereka berebut merajuk

saling berburu tangan

kuambil lembaran real

kubagi rata tanpa imbalan

sadari akulah sang tuan

seorang gadis berambut kepang dua

membuntuti sisa-sisa jemawa

“hei, tuan!”

“ya?”

“belilah tisuku, kataku!”

“tapi aku tak butuh.”

angin gurun terpiuh embun

luruh di tatapan mata biru

manakala kakiku tertahan

kata haram yang ia lontarkan

Karanganyar, Oktober 2022


Merpati Aisyah

di bibir pelataran masjidil haram

sejumlah bait tanya

kutuliskan berulang-ulang

mengapa saban hari

puluhan orang berdiri

dalam antrean panjang

demi giliran mendapat makanan

lalu mengapa sekali waktu

bocah kecil harus menjerit

setelah makanan yang ia dapat

koyak tumpah jadi rebutan

lantas mengapa pula

seorang perempuan berparas legam

yang bukan ibu kandung bocah itu

membagikan jatahnya

masih terbayang

jutaan puisi berhamburan

tersapu kepak sayap

merpati-merpati megan

Karanganyar, Oktober 2022


Tiga Biji Kurma

\ untuk ibuku,

berharap tersimpan rasa manis

di langit-langit kerinduanku

\ untuk istriku,

berharap tersampaikan rasa rindu

di setiap tengadah jemariku

\ untuk anak perempuanku,

berharap terpelihara rasa takwa

dari segala tindakan dosaku

Karanganyar, Oktober 2022


Trotoar Madinah

di bawah naungan pohon sukarno

kuhisap kretek sembari menghitung

betapa dekat jarak kepura-puraan

ke makam al-amin, sang terpercaya

di tengah alir gelombang manusia

dengan langkah-langkah tergesa

kulihat betapa luhur hasrat berlomba

menyiapkan hari-hari fana

pada wajah-wajah petugas kebersihan

yang selalu menghadang arah datang

kubaca alif ba ta nada meminta

tak sesulit melihat mereka bekerja

di sepanjang trotoar madinah

kurasa masih ada resah

terbawa dari rumah

Karanganyar, Oktober 2022


Surat Pendek

kutulis surat ini

pada tengah hari jumat suci

di jantung masjid nabawi

selesai al-insyirah di rekaat pertama

dan al-ma’un di rekaat kedua

kubetulkan kain ihram

sembari menulis kalimat pertama,

“Tuhan, betapa hanya kemudahan

dari yang kau maksudkan.”

namun terbukti

kesulitanku menuliskan

kalimat berikutnya

Karanganyar, Oktober 2022


Ian Hasan, lahir di Ponorogo, saat ini tinggal dan bergiat di Sanggar Pamongan Karanganyar, selain juga terlibat di beberapa komunitas, termasuk Komunitas Kamar Kata. Buku Kumpulan Cerpen perdananya berjudul Lelaki yang Mendapatkan Jawaban Atas Kisahnya Sendiri, terpilih sebagai finalis Hadiah Sastra Ayu Utami untuk Pemula “Rasa” 2022.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *