Mata Biru Gadis Penjaja Tisu
berburu waktu subuh
dikerumuni anak-anak waktu
bocah-bocah penjaja tisu
“belilah tisuku, Tuan!”
mereka berebut merajuk
saling berburu tangan
kuambil lembaran real
kubagi rata tanpa imbalan
sadari akulah sang tuan
seorang gadis berambut kepang dua
membuntuti sisa-sisa jemawa
“hei, tuan!”
“ya?”
“belilah tisuku, kataku!”
“tapi aku tak butuh.”
angin gurun terpiuh embun
luruh di tatapan mata biru
manakala kakiku tertahan
kata haram yang ia lontarkan
Karanganyar, Oktober 2022
Merpati Aisyah
di bibir pelataran masjidil haram
sejumlah bait tanya
kutuliskan berulang-ulang
mengapa saban hari
puluhan orang berdiri
dalam antrean panjang
demi giliran mendapat makanan
lalu mengapa sekali waktu
bocah kecil harus menjerit
setelah makanan yang ia dapat
koyak tumpah jadi rebutan
lantas mengapa pula
seorang perempuan berparas legam
yang bukan ibu kandung bocah itu
membagikan jatahnya
masih terbayang
jutaan puisi berhamburan
tersapu kepak sayap
merpati-merpati megan
Karanganyar, Oktober 2022
Tiga Biji Kurma
\ untuk ibuku,
berharap tersimpan rasa manis
di langit-langit kerinduanku
\ untuk istriku,
berharap tersampaikan rasa rindu
di setiap tengadah jemariku
\ untuk anak perempuanku,
berharap terpelihara rasa takwa
dari segala tindakan dosaku
Karanganyar, Oktober 2022
Trotoar Madinah
di bawah naungan pohon sukarno
kuhisap kretek sembari menghitung
betapa dekat jarak kepura-puraan
ke makam al-amin, sang terpercaya
di tengah alir gelombang manusia
dengan langkah-langkah tergesa
kulihat betapa luhur hasrat berlomba
menyiapkan hari-hari fana
pada wajah-wajah petugas kebersihan
yang selalu menghadang arah datang
kubaca alif ba ta nada meminta
tak sesulit melihat mereka bekerja
di sepanjang trotoar madinah
kurasa masih ada resah
terbawa dari rumah
Karanganyar, Oktober 2022
Surat Pendek
kutulis surat ini
pada tengah hari jumat suci
di jantung masjid nabawi
selesai al-insyirah di rekaat pertama
dan al-ma’un di rekaat kedua
kubetulkan kain ihram
sembari menulis kalimat pertama,
“Tuhan, betapa hanya kemudahan
dari yang kau maksudkan.”
namun terbukti
kesulitanku menuliskan
kalimat berikutnya
Karanganyar, Oktober 2022
Ian Hasan, lahir di Ponorogo, saat ini tinggal dan bergiat di Sanggar Pamongan Karanganyar, selain juga terlibat di beberapa komunitas, termasuk Komunitas Kamar Kata. Buku Kumpulan Cerpen perdananya berjudul Lelaki yang Mendapatkan Jawaban Atas Kisahnya Sendiri, terpilih sebagai finalis Hadiah Sastra Ayu Utami untuk Pemula “Rasa” 2022.