Di Bandung
Rindu menikam
cinta menggali makam
pisau tertanam.
masa lalu
menjadi darah
dalam kakus.
Menjadi Ada
Aku ingin mati di hidupku
dan tumbuh di dirimu
sebagai sesuatu yang baru
saat hatimu basah
karena seseorang
biarkan aku merapal doa
tanpa pernah kau aminkan
saat dadamu bernanah
sebab luka tak sembuh lama
kutiupkan nyala tuk hapus lara
segala bentuk duka
tenggelam dalamku
berubah bunga yang mekar
tanpa batas waktu
aku mungkin tak ada
ketika kau berkaca
sambil menyisir rambutmu
yang patah-patah
karena shampo sudah tak pas
di kepala
aku mungkin tak ada
ketika kau mengejar
mimpi dan mengeja
kebahagiaan semu
yang kau catat dalam buku
biru berwajah laut
aku mungkin tak ada
setiap kau melihat dirimu
sendiri di dalam sunyi
yang terang dan pahit
dalam rekam medis
tetapi aku ada padamu
menggerakkan waktu
dan hidup sehidupmu
mati sematimu.
Menonton Horor
Sore itu kau bercerita
tentang film-film yang kau suka dan tak.
bagimu, kisah yang tayang di layar besar itu
adalah hiburan. cukup sebagai hiburan.
kau tak ingin berkomentar apa pun
jika jelek biarkan begitu
jika bagus pun tak berpengaruh
bagimu.
aku sepakat. bahkan seumur hidup
tak sanggup kuhapal adegan-adegan
dalam film meski kutonton berkali-kali.
kupikir kepalaku sudah penuh
dengan film-film yang kubuat sendiri
dan kau juga begitu
dalam kepalamu ada banyak darah
seperti adegan di film aksi dan horor yang
sebetulnya tak kau suka.
kau tak pernah suka.
Lima jam kita duduk bersama
membicarakan film dokumenter
dalam kepala
tiba-tiba kau bertanya, mengapa
sutradara membuat kisah
tentang hantu-hantu
yang setiap wajah mengingatkanmu
pada ibu dan teman ibumu
juga temanmu yang sudah menjadi
seorang ibu.
kau bertanya, mengapa
sutradara membuat kisah
tentang hantu-hantu
yang kakinya mengingatkanmu
pada ayah yang hampir tak pernah
terlihat oleh kita.
Kau mengenal seorang
perempuan yang hidup
sebagai hantu
berbaju hitam dan
bibirnya tak pernah berhenti
mengeluarkan asap
dia berbicara
banyak sekali
seperti memuntahkan
segala bentuk kamus
yang diciptakannya
sendiri.
Ayahmu mengenal perempuan
bertubuh pahit itu
yang mencium keningmu
lalu mengusap kepalamu
dan memintamu memanggilnya
Mama dengan M besar.
Ibumu mengenal perempuan
bermata beling itu
yang memelukmu kencang
seolah kau adalah anak
kecil yang lahir dari mulutnya
dan tak pernah tumbuh
menjadi gadis dewasa.
Aku juga mengenalnya
perempuan berkulit arang
menghapus isi kepala
ayah dan menggantinya
dengan memori-memori baru
tanpa pernah
kembali lagi.
Malam sudah mampir
kau berhenti bercerita
angin terasa lebih dingin
dari masa kecil kita.
kau menyudahi pertemuan
senyummu meninggi
punggungmu memudar
segalanya terekam
dalam kepalaku.
tanpa pernah akan
kuhapus.
Blokir
Air mata menjadi sepatu
berjalan sendiri
menabrak batu
terjebak di ruang kosong
bersama cicak dan laba-laba
yang tak dilihat keberadaannya.
Tak Pernah Ada Nanti
: AA
Kau adalah mimpi
dalam melek dan pejamku
catatan-catatan pada buku
cerita yang hidup
dan berlatar sungai
pun batu-batu
kau adalah doa
yang menolak berhenti
terucap dalam hati
kau selalu menjadi kini
selamanya
bertumbuh bersamaku
tanpa ada nanti.

Jihan Suweleh, lahir di Gorontalo, 14 Desember.