menjaga hal-hal utuh tetap kekal
di taman ini
aku adalah ketakhadiran
cuma taman
ya, taman ini
yang ada
selalu terjadi
demikian
di manapun
aku adalah apa-apa yang hilang
adalah hantu
gentayangan
saat aku berjalan
membelah udara
& selalu hampa
bergerak masuk
tuk mengisi ruang
tubuhku berada
sedang aku tiada
kita semua pasti
punya alasan
tuk pergi & kembali
aku pun begitu
demi menjaga
hal-hal utuh tetap kekal
abadi seperti puisi
tak ada yang benar-benar pergi
berapa lama aku bertahan
dari kutuk perpisahan?
aku tak yakin, aku tak tahu
waktu habis
tuk mengingat segala
yang hilang
segala yang kekal
dari kenangan
apa yang berlalu, berlalu
aku telah mencoba yang terbaik
tuk percaya padamu
bahwa tak ada yang benar-benar pergi
(iya, aku imani) meninggalkanku sama sekali
menunggu
seseorang selalu menunggu
dengan sayap patah di punggung
di udara terbayang
dari kegelapan ke kegelapan jauh
dengan pohon & hutan
hujan & air terjun
yang perlahan digusur
peradaban modern
seseorang menunggu
seperti bumi menunggu
dilupakan
segala tempat melemparku jauh
aku tak lagi milik suaraku
atau tangan untuk sentuh
perasaan kelu tanpamu
ke puncak kesepian
dan tiap pergerakan
depan mataku
seolah semua yang berlalu
malam selepas malam
mengupas seluruh warna bintang
berlalu ke laut
mencari pulau
angin mengiring
ke mana aku pulang
kembali ke puncak kesepian
hanya angin yang menyapa
kucoba panggil kembali
alur & sosok dalam mimpi
hidup seperti sebelum pagi
kembali sibuk & sibuk
tak ada jalan untuk mimpi
menjadi kenyataan
segalanya cuma kata-kata
yang tidur di ranjang usia
menggambar daun gugur
di luar jendela terbuka
segalanya terasa akrab
seperti hari-hari yang pernah lewat
dengan kegelapan yang tak lama
bakal menyergap dindingnya
di mana kau gantung puisi-puisi
seperti lanskap cinta yang hancur
tanpa seseorang, hanya pintu
& jendela sesekali terbuka, tak ada
hanya angin yang berhembus
hanya angin yang menyapa
membuang waktu di ranjang
begitu banyak waktu terbuang
seperti guguran kenangan
& malam adalah alegori
untuk nasibmu yang kesepian
mimpi tetap berbaring di sisi lain
tidur yang merindukan seseorang
tapi bukankah kegelapan adalah seseorang
yang berembus di dinding kenyataan
begitu kosong begitu bohong
& kau menjadi tak yakin
jika dalam hidup yang singkat ini
tiap malam adalah sama
hanya memutar film bosan
& yang kau temukan
cuma tubuhmu
yang tidur monoton
yang melamunkan
seseorang yang hilang
yang selalu merasa
begitu terasingkan
mencari ketenangan
hujan jatuh, masuk ke ceruk mimpi
tiap malam kau dengar angin
berhembus seperti pikiran yang lari
di kamar ini, di ruang ini
dinding seperti batu nisan
suasana gerah musim penghabisan
dinding terkunci
& kau pun tak ada
selain seluruh malam
yang berpikir;
di mana tempat untuk tenang
ke mana kau pulang

Khanafi, lahir di Banyumas, Jawa Tengah. Tulisan-tulisannya tersiar di media daring maupun cetak. Sehari-harinya bekerja sebagai editor lepas, penerjemah, perancang sampul buku, dan penjual buku-buku lawas dan baru. Sekarang tinggal bersama keluarga di Yogyakarta, tengah menyelesaikan novelet pertamanya dan sedang mengulik satu buku terjemahan. Ia sesekali melukis untuk kebutuhan pameran pada suatu hari mendatang. Buku kumpulan puisinya yang telah terbit berjudul Akar Hening di Kota Kering (2021) mengalami revisi total, buku kumpulan puisi keduanya segera terbit. Penulis bisa dihubungi melalui email: afisaja043@gmail.com.