Silsilah Cinta
ketika hati lama mati,
suara rasa terkirim pada kegelapan
setelah kenyataan tak senyata senyummu
ketika pertemuan terlapangkan,
sepi dari tangis dan rasa rindu
semisal lilin yang menyala dalam ruangan
ketika fajar menemuimu di halaman,
rumput-rumput ramai
menyuarakan sisa-sisa bahagia
ketika cinta bertemu tuannya,
harapan sunyi dari derai ilalang
tumbuh di taman kenangan yang gersang
ketika rumah tak beratap,
sisa-sisa namamu tak lagi dinaungi
apalagi hati yang dulu bahagia
selaksa hikayat anak-anak di masa kecil
mendengarkan dendangan hati kita
masih kuwiridkan senyummu
ketika purnama menemukan istri,
sejuk terlewatkan di antara jalan sunyi
pada kesetiaan yang menanti rindu
ketika aku diperjumpakan denganmu,
dalam kesanggupan untuk berikrar
kembali merangkai riwayat cinta
Malang, 2019
Silsilah Perasaan
Siti,
perjalanan ini tak lebih dari rindu
sementara hati mengharap bahagia
setelah zaman melahirkan luka
dari rahim yang disetubuhi waktu
antara bingkai jarak di wajahmu
Siti,
tubuh terengah-engah hampir pasrah
sementara otak masih ditumbuhi senyuman
ketika parasmu menjadi benih cinta
acap kali digarap dengan rasa sayang
pelaksanaannya tersesat di antara hati kita
Siti,
tentang ketulusan dalam setia
telah tertakar bersama perasaan
sekalipun tak akan ada kenangan
setelah semuanya terangkum ikatan
akan utuh di hati sebelum mati
Malang, 2019
Akulah
akulah rindu,
dalam seduhan secangkir kopi
saat segalanya menjadi asap kematian
selepas tertinggal pada jarak
dan kesanggupan kumenghirup
akulah rasa,
dalam makanan yang terhidang
saat segalanya menjadi irisan kehidupan
selepas berlabuh dalam luka
akulah puisi,
dalam setiap buku harian
saat rindu dan rasa memilih tiada
selepas ramalan luka perawan
menghancurkan hati di sepanjang air mata
yang terlanjur melupakan sabda cinta
Malang, 2019
Pertanyaan Berakhir di Ingatan
kenapa harus cemas malam ini?
mungkinkah pekerjaan tadi siang
atau barangkali bingung untuk memulai?
perbedaan adalah variasi
sebelum membahagiakan diri sendiri
tanpa harus memikirkan kami
yang tak sudi mencari jawaban
mengapa kau melakukan berkali-kali,
masih belum puas dengan kuasa di kening?
semakin merajam kecemasan
pada tubuh mereka yang membatu
di punggungnya tersimpan pertanyaan
tentang kebangkitan dan kematian
mungkinkah esok hari
mereka menyelesaikan pertanyaan?
kenapa seakan mereka tak kuasa
ketika kau berlari mengejar arah
di tubuh mereka yang tidak tahu?
masih tetap sama di jarak waktu
jawaban hanyalah harapan
selepas mereka mati tanpa kerangka
meski berkali-kali datang
pertanyaan-pertanyaan resah
yang setia redup dalam ingatan
Malang, 2019
Aku tak Tidur Malam Ini
aku tak tidur malam ini
masih menulis air mata luka
menjadi puisi dan mantra
yang gemar dibacakan untuk kekasih
atau dihantarkan melalui angin roh jiwa
seperti persemadian waktu
yang membutuhkan tumbal hati
yang memerlukan meditasi rindu
dalam cinta tertata
lalu tidurlah aku di wajahmu
aku tak tidur malam ini
membaca segala yang dilihat
dalam segenap rindu
bersama sebuah perjalanan waktu
yang terkadang selalu diburu
mencari wajahmu setelah membuka pintu
aku tak tidur malam ini
masih bersama wajahmu
yang terkadang menjadi halimun
aku tak tidur malam ini
teman-temanku memberikan secangkir kopi
menjauhkan rasa dalam diri
seakan wajahmu terlelap di hangatnya
ketika purnama memulaskan diri
Malang, 2019
Tak Ada Hari Libur
Siti,
hari ini tak ada hari libur
ia telah keluar dari kalender
menyusul kepergian Bapa
Siti,
hari ini tak ada hari libur
ia telah menjauh dari cetakan merah
menutup segala kesenangan anak sekolah
dari segenap pelipur perjalanan
yang kerap dicekoki tanggal hitam
Siti,
hari ini tak ada hari libur
biar tak selalu bergegas para pekerja
merapikan segala arah bertampak kertas
yang lusuh menjadi kenangan
yang rapi dilampui warna mahkota
disimpan dalam pecahan sunyi
Siti,
hari libur tak akan ada
ia telah abadi
di suatu tempat nan sunyi
di perkampungan tak berpenghuni
dan tak akan ada caci maki
Malang, 2019
Berhentilah
berhentilah menangis, Siti, berhentilah
kau sudah sampai pada puncak sunyi
bertamulah pada bulan
ada suguhan cahaya di sana
mintalah untuk kaubawa pulang
dan berikan pada masa lalu
berhentilah menyesal, Siti, berhentilah
akan ada puisi untuk kaubaca
menjadikannya obat sakit kepala
hilanglah mantra-mantra masa lalu
berhentilah tidur, Siti, berhentilah
malam ini akan datang purnama
jemputlah ia sebelum pagi
suguhkan rindu di meja tamu
Malang, 2019
Doa di Suatu Pagi
sebelum mata mulai berkerja
matahari belum melampui dedaunan
bising belum berdendang
biasanya selalu menyangkut di telinga
di kening masih terpancar kerut cahaya
melampaui sederet sajadah
dalam segala renung yang ditinggalkan
dan terkadang disimpan di dada
maka biarkan dedaunan mengembus angin
di kerut kening yang diwarnai luka
agar nanti, sebait doa yang kita eja
terbang menemui tuannya
lalu kita menerka yang akan terjadi
sebelum matahari menghisap gelap
biarkan tafsir langkah mengikuti arah angin
dan biarkanlah mata bekerja
di keriput kening bersama doa
Malang, 2019
Sebuah Kisah
matahari sebelum melewati waktu
masih mencondongkan tubuhnya
di kepala yang masih basah dari sisa semalam
sampai di sekujur doa-doa
semestinya kita berkisah di tangisan langit
bersama burung-burung yang pulang pergi
sedari subuh telah ia ikrarkan
demi sebuah kisah dalam harapan
langit masih tak berkawan mendung
meski kita selalu menjemput gerimis
dengan doa-doa di samping rumah
ketika perut-perut sudah kosong
bumi kita sedang sekarat, kawan
seluruh cuaca tak bisa diajak kompromi
meski beribu dupa kau jejalkan
pada ranting-ranting yang kemarau
dan akar yang tak bermusim
seharusnya tak seperti itu
setiap kisah semestinya beriringan doa
namun, doa telah membuatnya bosan
tak perlu lagi berjalan jauh
demi memohon kepada cuaca
sekadar menikmati romantisme gerimis
dan bertawa ria di dalamnya
sudah tiba untuk tak berkisah
tangis hanya sekadar catatan rindu
Malang, 2019
Pada Cuaca Pagi Ini
pada cuaca pagi ini
sepenuhnya kita menghirup aroma rindu
meski hujan sedang bergerai di luar
mengguyur seluruh doa
yang kita titipkan air mata
pada cuaca pagi ini
sepenuhnya kita menikmati kegelisahan
yang terbawa dalam tubuh sebelum lahir
dan kita tertimpa panas berkepanjangan
di dada kita, cuaca membaca kenangan
pada cuaca pagi ini
sepenuhnya kita merasa haru
pada orang-orang yang memilih bersandiwara
ketika diam-diam tubuhnya merangkai rindu
melupakan kebersamaan
tak lagi melipurkan kedinginan
dan menutup panas yang membakar
Malang, 2019

LY. Misnoto, lahir di Pulau Giliraja, Kab. Sumenep, Madura. Menulis puisi semenjak berada di Pondok Pesantren Nurul Islam Karangcempaka, Bluto. Puisi-puisinya dimuat di Radar Madura, Radar Malang, Radar Cirebon, Kabar Madura, Harian Ekspres Malaysia, Majalah Kuntum, dll. buku antologi tunggal barunya berjudul “Mayang”.