Malam penghabisan
Bakarlah kata-kata itu
Di atas tungku
Malam hanya menambah dingin
Jendela hanya mengatupkan suara
Kelak kau akan tahu
Aku yang berdiri menyendiri
Di antara sauh kesedihan
Habis nubuat di tengah jalan
Tak lagi ada yang ingat
Di malam penghabisan ini
Aku dilingkari lolong kalut
Pamekasan 2020
Masakan ibu
Serut daun kelor
Jalan-jalan jauh ke tegalan
Kucari cinta pada ikan tongkol, nasi jagung,
Dan sayur bayam
Pudar daun-daun bawang
Pijar senyum ibu tenggelam
Runyam di relung santan
Pamekasan 2020
Pencarian
Waktu tidak akan mengerti bagaimana perihnya menjadi dewasa
Ia masih saja terus berlari menjadi kanak kecil yang tak tahu apa-apa
Di luar sana orang-orang menciptakan jam dan tanggalnya sendiri
Membuat perhitungan-perhitungan kecil dan besar
Tapi aku, aku masih belum menemukan apa-apa termasuk juga cinta
Ahhh, begitu kesepiankah diriku?
Tahun-tahun adalah alat menerka diri
Waktu membusuk dalam dada
Rekah segala gelisahku ditelan musim
Pamekasan 2020
Di dermaga
Selepas silir angin laut ke kota tubuhku
Bulan hanya potret di air genang
Bangau perak bersesaran dari timur
Berlayar ke langit
Warna pudar sebuah kapal
Bulan dan mataku, jiwa yang basah
Dan sauh laut di batas
Aku hanya jangkar tua dan kemalaman
Januari mengubah takdir jarum kompas
Pada karang, pada siul angin
Dan jala para nelayan
Pamekasan 2020
Punggung kata
:annuriyah al-masuniyah
Kita mencari sesuatu yang hilang
Sebuah diksi yang tak mungkin genap
Dari setiap degup percakapan
Kerling malam juga kerling lampu di sudut kafe
Malam berlalu
Dan tembakau belum selesai juga dilinting
Membiarkan bisik
Terus melamun ke relung meja-meja gelap
Kemudian kau lindap dimamah lelap
;mengeluh
“andai waktu bisa diperlambat
tentu kita bisa merekayasa kembali purwa luka-luka”
tetapi kita hanya bisa melipat punggung kata
terjebak dalam pilihan diksi yang rumit
yang tidak pernah kita tahu akhirnya
Sumenep 2020
Tirta amarta
Ia menyimpan kabar yang tak boleh didengar
Surat-surat hanya menyimpan peluk dan ingin
Sepasang mata melotot
Tak ada air bersih di sini
______Termasuk air mata_______
Sungai menguap jalan-jalan kehabisan napas
Air menjebak mata itu di balkon
Wabah mengapung di jantung hingga batas kota
Kesedihan melompat-lompat dari atap ke atap
Mata itu bersembunyi
_______Di balik botol arak pengangguran_____
Memandu setiap perjalanan panjang dan dekat
Terminal dan pelabuhan terdekat
Yang paling sepi
Awan di atas pecah
Siapkan wadah yang paling besar
Tadah air mata yang tumpah
Biarkan dahaga lepas
Hanyut dalam denyut
Mencari dunianya masing-masing
Pamekasan 2020
Di beranda
Malam nanti
Aku kan menjelma meja di beranda
Duduk dan akan kau dapati
Kopi dengan lebur senyum
Asbak tempat membuang kenang
Dan nampan tempat kau kembalikan seluruh rindu
_____padaku______
Pamekasan 2020
Di moncek timur
Di moncek timur, pohon-pohon tengadah
Seperti hatiku
;tabah
Nyala heningku
Dimamah jarak
Siang malam pucat di dadaku
Melintas pada senyum getir
;ibu
;bapak
Pamekasan 2020
Wangsit
Di sini, di semesta jiwaku
Risau masih terasa melengking
Kabar yang berkisah dari malam
Memecah celah-celah gerimis
Sebuah tanah di musim hujan
Menjaga ingatannya
Pertemuan-pertemuan basah
Risau dan ingin meletup-letup di sini
Dari jauh anak-anak meninggalkan lamunannya
Menakar peluh dan takdir
Di tepian ladang ia melihat ibunya
Ranggas di tengah jagung
Pamekasan 2020
Nyonson
Kamis malam menjelang purnama
Perempuan-perempuan tua
Merapal harap dan ingin umat manusia
Dengan sebilah sepat berbakar kemenyan
Gemericik asap pengharapan, menebar mantra dan doa
Aroma sedap menyeruak ke segala tempat
Merasuk dari pintu ke pintu, menyeruak ke luar jendela
Menyusup ke barzakh, mengantar rindu pada leluhur
Cinta subur di sini
Menjadi tali persaudaraan
Hidup tenang dengan kesederhanaan
Pamekasan 2021

Mohamad Latif, lahir di Moncek Timur, Sumenep 28 Desember 1998. Pernah aktif di Taneyan Kesenian Bluto, Forum Belajar Sastra, Sanggar Asap dan sekarang masih bergiat di UKM Teater Fataria IAIN MADURA. Bisa disapa di Facebook: Mohammad Latif, Instagram: latifmohammad086, atau Surel: latifmohammad086@gmail.com.