Atas Nama Ibu
andai permukaan matamu adalah samudra,
izinkan aku sebagai satu-satunya perahu
yang karam di sana.
andai lembut mulutmu adalah jalan lain
kata-kata menuju langit, izinkan aku sebagai salah
satu kata yang luput kau baca untuk
menemanimu menanti maut tiba.
andai hitam rambutmu adalah jembatan
pengantar ke sebuah tempat yang kau rindukan,
izinkan aku sebagai seluruh rontok putih rambutmu
menjadi perahu yang akan mengantarmu
jika kau jatuh sewaktu-waktu.
Sukoharjo, 2022
Waktu Ibu
andai kita berlayar ke sebuah tempat yang kau impikan dan maut membenamkan kita dari kehidupan ini,
aku ingin menjadi henti detak arlojimu yang detiknya dirampas karam. aku ingin menebus waktumu, andai saat itu waktu dapat terhenti, yang terenggut tersebab merawatku. walau sedetik pun, andai bisa, akan kuserahkan seluruh detakku kepadamu, agar kau bisa menanti waktu kepulanganmu, barang sedetik pun.
Sukoharjo, 2022
Ibu Guru
siapakah yang mengajarimu menjahit? sehingga lubang-lubang pada diri ini sanggup tertambal tanpa sakit.
siapakah yang mengajarimu berhitung? sehingga ganjil dalam pikiran ini mampu tergenapkan tanpa bingung.
siapakah yang mengajarimu sandiwara? sehingga tangkap di mata ini dapat mengerti lewat tubuhmu tanpa bicara.
siapakah yang mengajarimu tertawa? sehingga dengar
di dalam liang telinga ini enggan lupa tanpa tapi.
Sukoharjo, 2022.
Cinta Ibu
ibu, bila cinta adalah aksara yang luput kueja, maka engkau akan tiada bosan mengajariku membacanya. atau bila cinta berwujud sungai, maka engkau akan tiada lelah melatihku berenang atau menyusun kayu untuk menjadikannya perahu. namun sayang, ibu, ternyata cinta ialah pecah tangisku pertama kali di dunia dan engkau tersenyum bahagia.
Sukoharjo, 2022
Tubuh Ibu
kelak aku takut menghadapi hari-hari tanpa
masakanmu, bukan karena kurangnya bumbu
atau terlewat masak. melainkan pada sesuatu
yang kau masukkan sebelum tersaji di meja
makan. sesuatu yang membuat aku selalu
kelaparan. aku takut kelak tak dapat lagi
mendengar suara berisikmu bukan karena
tak ada alat-alat untuk kau gunakan
atau masalah kecil yang akan kau bicarakan.
tetapi pada sesuatu yang kau lakukan, sesuatu
yang membuat aku merasa tenang. kelak aku takut
menatap terbit matahari tanpa hangat
secangkir teh buatanmu. bukan karena tak ada
cangkir atau teh atau gula. bukan, bukan itu.
Sukoharjo, 2022
Hari Ibu
suatu hari aku pernah bermimpi
memiliki segala yang tak kupunya
dan aku lega ketika kau tak ada
di sana. aku bermain dengan masa
kecilku pada mimpi itu.
di sana kami bermain-main bersama pagi,
siang, sore, dan malam dengan berlari,
semua saling mengejar. sesekali kami berhenti
untuk mengaso dari kejaran matahari.
kami bertukar cerita tentang apa-apa yang telah
kau berikan. masa kecilku itu bercerita
tentang nama pemberianmu yang akan dibawanya
selama-lamanya. aku tertegun,
sebab hanya bisa kuhadiahkan
kepadamu kecemasan-kecemasan
pada hari depan.
Sukoharjo, 2022
Surat Ibu
kini aku mengerti, mengapa kau selalu berpesan agar aku tak pulang larut malam. sebab malam adalah pelukmu dan kau ingin aku terlelap dalam dekapmu. kini aku pun tahu,
mengapa kau tiada bosan mengingatkanku untuk lekas lebur bersama malam dengan memejamkan mata. sebab terjaga adalah doa-doamu dan kau berharap aku selamat melewati gelap berbekal nyala kata-katamu. dan kini aku semakin percaya, mengapa kau tiada henti menasihatiku agar bangun lebih awal, lebih dari yang seharusnya. sebab
cahaya adalah senyummu dan kau mau aku menyaksikan cantik selain langit ungu.
Sukoharjo, 2022

Tegar Pratama, lahir di Surakarta. Bergiat di Komunitas Kamar Kata Karanganyar, Jawa Tengah. Dapat disapa di Instagram @tegarpratamabp