Cerpen

Jalan Lain

Selepas banyak kelakar tentang kabar, pak pendeta kemudian mengajak kami ke ruangan utama gereja. Ruangan yang sebenarnya hanya disekat tripleks dengan ruang tamu pastoral tempat kami menyeduh teh buatan ibu pendeta.

Continue Reading...

Cerpen

Todo dan Lak Wahar

Todo mengutuk orang-orang yang hanya menonton nasib buruknya. Setelah kata ‘maling’ tak digubris siapa-siapa, dengan volume sedikit lebih keras, ia melemparkan makian sambil mengedarkan pandangan kepada muka-muka yang bisa dijangkaunya.

Continue Reading...

Cerpen

Yang Membusuk di Dada Badri

Persoalan-persoalan yang datang barang tentu tiada jauh dari urusan perut belaka. Hari-hari mereka bagai api dalam sekam. Prahara bisa mengemuka kapan saja. Oleh sebab itu, satu-satunya pengharapan Muna akan seorang anak sungguh menjadi pelita dalam kelam, yang tiap kali mampu mengendurkan amarahnya. Ia berpikir, kehadiran buah hati setidaknya mampu menepis letih yang tiada juga berpaling selama delapan tahun belakangan.

Continue Reading...

Cerpen

Suro Gentho

Dengan sebatang kayu cemara seukuran lengan, dua orang tentara memanggul Suro Gentho seolah-olah celeng yang hendak dibawa ke tempat penjagalan. Sang pimpinan regu segera mendekat. Berdiri tegak di samping tubuh yang lagi terayun-ayun itu. Setelah memberi hormat, ditembaknya kepala Suro Gentho tiga kali.

Continue Reading...

Cerpen

Lucy di Bulan

Lucy melihat Jupiter, planet terbesar di alam semesta, dan planet terjauh dari bumi. Ia pernah membaca dari bukunya tentang tata surya. Lalu ia ingat ketika di bumi, ia sering tidak sepaham dengan pendapat kebanyakan orang. Saat itulah ia selalu berpikir ingin tinggal di Jupiter saja dan menjauh dari kebanyakan orang.

Continue Reading...

Cerpen

Bancakan

Aku memang tidak suka dengan kebiasaan ibu mertuaku itu, bancakan! Meski katanya bancakan adalah tradisi leluhur untuk melindungi diri dari malapetaka, wabah, atau apalah namanya. Terlebih bancakan untuk Dito, anakku yang sudah meninggal. Jujur, bukannya aku senang, tapi malah sedih.

Continue Reading...

Cerpen

Kemboja Putih

Jo terbatuk. Mata lelaki berambut perak itu menerawang ke luar jendela. Tampak bunga azalea di seberang jalan. Dalam pandangannya, bunga itu seperti bunga kemboja yang seakan anomali di tengah padatnya pemukiman. Bunga yang dilihat Jo membawa pada ingatan masa lalu. Tentang dia yang sebelum menahan beban dan keterasingan.

Continue Reading...