di sepanjang waktu, aku menjelma kabut yang menyarang dan hinggap di tubuh taringmu yang lancip, mencari mimpi atau pohon tumbang menyesali dirinya sendiri tumbuh
kumasuki tubuhmu, seanak adam dan hawa ditelurkan dengan suara yang payau, kadang angin tumbuh, lalu hujan, dan badai membentuk lelangit yang tak bisa dijangkau
“akankah kita kenali dari mana asal kakiku yang menapaki tanah dan tetumbuhan yang setiap hari runtuh”
“ataukah kita kenali, sebuah bahasa dan penciptaan kerap kali gagal melahirkan makna yang seutuhnya?”
lalu sepasang cakar dan moncong tanah muncul menjadi nyawamu, yang menumbuh-hancurkan segalanya asalkan mau
Tag: puisi adnan guntur
sepasang tuhan menaklukkan para pendongeng, menyelipkan mulutnya kedalam mulut demonstran dengan keadaan menganga, seekor laba-laba muncul, lalu kabut memantul dari jendela dan api menenggelamkan sakit dalam rimba peradabanku