Senyum. Senyum menggoda
Seribu like – love; komentar
Sunyi. Hambar – ambyar,
dari balik layar
Tag: Puisi
cintaku ditiuptiup peluit panjang
yang melengking
menggurui buntut kendaraan
terus, terus, op, balas kiri balas kanan, ya.
munculnya pun ketika aku hendak hengkang.
Sekawanan api kata-kata dalam mesin kepalamu
melorot menjelma ular-ular beracun di sarang
hati-hati para penguasa yang kehilangan induk
kasih-sayang.
di taman kota, aku menemukan diriku
sedang awas pada tiap telinga.
kusulut ini rokok dalam diam,
dalam-dalam
jauh dekat menciptakan suasana
yang menimbulkan sebuah rasa
bila dekat—apalagi tak berjarak
apa yang terjadi dan menyeruak
Serupa bahasa dan kata,
malam adalah puisi dalam sunyiku.
Setiap Minggu ibu duduk dekat pintu
matanya merapi tali ke lubang sepatu
dan tangannya yang berurat waktu
masih sigap mengikat tali sepatu.
Akulah namamu
Dalam secangkir kopi
Saat segalanya telah luruh
Selepas segalanya
tak sanggup lagi kuseduh
lampu mati,
mengirim gelap yang mendekatkan
senyata kenyataan yang menghimpit
Doa berembus dari bibirmu
dan kau tiupkan di sekujur malam
mimpi baik akan datang
menyelimuti lelap yang dingin